Narasumber kang heru susanto selaku ketua komunitas ASTAGAYATRI.
Desa Ngranti Boyolangu Tulungagung.
Desa Ngranti adalah desa yang berada diujung selatan kecamatan Boyolangu. Konon pada abad ke 18 kerajaan mataram diserang Belanda, sehingga banyak prajurit - prajurit mataram yg melarikan diri antara lain Jogo yudo bersama saudara - saudaranya yang akirnya sampai di sebuah hutan.
Jogo yudo bersama saudara - saudaranya akirnya membabat hutan tersebut yg kemudian di beri nama Ngranti. Juga ada versi cerita lagi nama Ngranti karena tempat ini dulu dijadikan penantian atau menunggu dalam bahasa jawa (ngenteni/ngentosi) juga banyak ditemui pohon Ranti. Terdapat ambang pintu, batu penyusun candi serta batu bata kuno disekitar pemukiman penduduk warga Dusun miren Desa ngranti Kecamatan Boyolangu Kabupaten tulungagung.
Menariknya disini terdapat angka tahun pada sebuah ambang pintu tersebut.
Yaitu tertulis 1300 saka atau 1378 masehi, yang menyimpulkan peninggalan Kerajaan Majapahit era pemerintahan Hayam Wuruk.
Hayam Wuruk adalah raja keempat Kerajaan Majapahit yang memerintah tahun 1350-1389 yang bergelar MAHARAJA SRI RAJASANEGARA.
Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya.
Hayam Wuruk menjadi Raja Majapahit untuk menggantikan Raja majapahit ke 3 yaitu ibunya sendiri Dyah Gitarja (Tribhuwana Tunggadewi) yang menjadi Wali Kerajaan/Makamanggalya, dikarenakan status ibunya sebagai Ratu Majapahit telah habis.
Habisnya status tersebut dikarenakan Gayatri atau Rajapatni (ibu kandung tribhuwana atau nenek hayam wuruk) sebagai pemegang status kekuasaan yang sah telah meninggal.
Tahun 1372, ibundanya meninggal. Ini adalah pukulan berat baginya.
Tahun 1377 kembali menundukkan Swarnabhumi karena pelanggaran yang dilakukan penguasanya. Setelah ini, Majapahit memasuki era damai dengan menjalin hubungan baik dengan negara tetangganya.
Tahun 1389 Hayam Wuruk mangkat dan dimakamkan di Tajung. Diganti oleh menantunya Wikramawardhana.
Menurut kang heyu, beliau sampai saat ini belum bisa menyimpulkan kenapa didusun Miren ada batu inskripsi dan sebaran batamerah banyak sekali.
Akan tetapi, bila ditarik garis lurus. Dusun miren sangat berdekatan dengan Desa Kendalbulur yang dahulu pernah juga ditemukan arca dan beberapa peninggalan era majapahit.
Tidak menutup kemungkinan bahwa, wilayah ini dulu adalah satu wilayah sima atau pradesa.
Cuption...
Narasumber kang miko ASTAGAYATRI
Gareng
Anak Gandarwa (sebangsa jin) yang diambil anak angkat pertama oleh Semar. Nama lain gareng adalah : Pancalpamor ( artinya menolak godaan duniawi ) Pegatwaja ( artinya gigi sebagai perlambang bahwa Gareng tidak suka makan makanan yang enak-enak yang memboroskan dan mengundang penyakit. Nala Gareng (artinya hati yang kering, kering dari kemakmuran, sehingga ia senantiasa berbuat baik).
Gareng adalah punakawan kedua setelah Semar.
Ciri - ciri fisik Gareng :
1.Mata juling yang memiliki arti tidak mau melihat hal-hal yang mengundang kejahatan/ tidak baik.
2. Tangan cekot (melengkung) yang memiliki arti tidak mau mengambil atau merampas hak orang lain.
3. Sikil gejik (seperti pincang) yang memiliki arti selalu penuh kewaspadaan dalam segala perilaku.
Gareng senang bercanda, setia kepada tuannya, dan gemar menolong. Dalam pengembaraannya pernah menjadi raja bernama Prabu Pandu Bergola di kerajaan Parang Gumiwang. Ia sakti mandraguna, semua raja ditaklukkannya. Tetapi ia ingin mencoba kerajaan Amarta ( tempat ia mengabdi ketika menjadi punakawan).Semua satria pandawapun dikalahkannya. Sementara itu Semar, Petruk dan Bagong sangat kebingungan karena kepergian Gareng.
Untunglah Pandawa mempunyai penasehat yang ulung, yaitu Prabu Kresna. Ia menyarankan kepada Semar, jika ia ingin bertemu dengan Gareng relakanlah Petruk untuk untuk menghadapi Pandu Bergola. Semar tanggap dengan ucapan Krena, sedangkan hati Petruk menjadi ciut nyalinya. Petruk berfikir Semua raja juga termasuk Pandawa saja dikalahkan Pandu Bergola, apa jadinya kalau dia yang menghadapinya. Melihat kegamangan Petruk, Semar mendekat dan membisikkan sesuatu kepadanya. Setelah itu petruk menjadi semangat dan girang, kemudian ia berangkat menghadapi Pandu Bergola.
Saat Pandu Bergola sudah berhadapan dengan Petruk, ia selalu membelakangi ( tidak mau bertatap muka), jika terpaksa bertatap muka ia selalu menunduk. Tetapi Petruk senantiasa mendesak untuk bertanding. Akhirnya terjadilah perang tanding yang sangat ramai, penuh kelucuan dan juga kesaktian. Saat pergumulan terjadi Pandu Bergola berubah wujud menjadi Gareng. Tetapi Petruk belum menyadarinya. Pergumulan terus berlanjut, sampai pada akhirnya Semar memisahkan keduanya. Begitu tahu wujud asli Pandu Bergola, Petruk memeluk erat-erat kakaknya (Gareng) dengan penuh girang. semua keluarga Pandawa ikut bersuka cita karena abdinya telah kembali.
Gareng ditanya oleh Kresna, mengapa melakukan seperti itu. ia menjawab bahwa dia ingin mengingatkan tuan-tuannya (Pandawa), jangan lupa karena sudah makmur sehingga kurang/ hilang kehati-hatian serta kewaspadaannya.
Bagaimana jadinya kalau negara diserang musuh dengan tiba-tiba? negara akan hancur dan rakyat menderita. Maka sebelum semua itu terjadi Gareng mengingatkan pada rajanya. Pandawa merasa gembira dan beruntung punya abdi seperti Gareng.
Makna yang terkandung dalam kisah Gareng adalah :
Jangan menilai seseorang dari wujud fisiknya saja.
Menurut kang heyu, beliau sampai saat ini belum bisa menyimpulkan kenapa didusun Miren ada batu inskripsi dan sebaran batamerah banyak sekali.
Akan tetapi, bila ditarik garis lurus. Dusun miren sangat berdekatan dengan Desa Kendalbulur yang dahulu pernah juga ditemukan arca dan beberapa peninggalan era majapahit.
Tidak menutup kemungkinan bahwa, wilayah ini dulu adalah satu wilayah sima atau pradesa.
Cuption...
Narasumber kang miko ASTAGAYATRI
Gareng
Anak Gandarwa (sebangsa jin) yang diambil anak angkat pertama oleh Semar. Nama lain gareng adalah : Pancalpamor ( artinya menolak godaan duniawi ) Pegatwaja ( artinya gigi sebagai perlambang bahwa Gareng tidak suka makan makanan yang enak-enak yang memboroskan dan mengundang penyakit. Nala Gareng (artinya hati yang kering, kering dari kemakmuran, sehingga ia senantiasa berbuat baik).
Gareng adalah punakawan kedua setelah Semar.
Ciri - ciri fisik Gareng :
1.Mata juling yang memiliki arti tidak mau melihat hal-hal yang mengundang kejahatan/ tidak baik.
2. Tangan cekot (melengkung) yang memiliki arti tidak mau mengambil atau merampas hak orang lain.
3. Sikil gejik (seperti pincang) yang memiliki arti selalu penuh kewaspadaan dalam segala perilaku.
Gareng senang bercanda, setia kepada tuannya, dan gemar menolong. Dalam pengembaraannya pernah menjadi raja bernama Prabu Pandu Bergola di kerajaan Parang Gumiwang. Ia sakti mandraguna, semua raja ditaklukkannya. Tetapi ia ingin mencoba kerajaan Amarta ( tempat ia mengabdi ketika menjadi punakawan).Semua satria pandawapun dikalahkannya. Sementara itu Semar, Petruk dan Bagong sangat kebingungan karena kepergian Gareng.
Untunglah Pandawa mempunyai penasehat yang ulung, yaitu Prabu Kresna. Ia menyarankan kepada Semar, jika ia ingin bertemu dengan Gareng relakanlah Petruk untuk untuk menghadapi Pandu Bergola. Semar tanggap dengan ucapan Krena, sedangkan hati Petruk menjadi ciut nyalinya. Petruk berfikir Semua raja juga termasuk Pandawa saja dikalahkan Pandu Bergola, apa jadinya kalau dia yang menghadapinya. Melihat kegamangan Petruk, Semar mendekat dan membisikkan sesuatu kepadanya. Setelah itu petruk menjadi semangat dan girang, kemudian ia berangkat menghadapi Pandu Bergola.
Saat Pandu Bergola sudah berhadapan dengan Petruk, ia selalu membelakangi ( tidak mau bertatap muka), jika terpaksa bertatap muka ia selalu menunduk. Tetapi Petruk senantiasa mendesak untuk bertanding. Akhirnya terjadilah perang tanding yang sangat ramai, penuh kelucuan dan juga kesaktian. Saat pergumulan terjadi Pandu Bergola berubah wujud menjadi Gareng. Tetapi Petruk belum menyadarinya. Pergumulan terus berlanjut, sampai pada akhirnya Semar memisahkan keduanya. Begitu tahu wujud asli Pandu Bergola, Petruk memeluk erat-erat kakaknya (Gareng) dengan penuh girang. semua keluarga Pandawa ikut bersuka cita karena abdinya telah kembali.
Gareng ditanya oleh Kresna, mengapa melakukan seperti itu. ia menjawab bahwa dia ingin mengingatkan tuan-tuannya (Pandawa), jangan lupa karena sudah makmur sehingga kurang/ hilang kehati-hatian serta kewaspadaannya.
Bagaimana jadinya kalau negara diserang musuh dengan tiba-tiba? negara akan hancur dan rakyat menderita. Maka sebelum semua itu terjadi Gareng mengingatkan pada rajanya. Pandawa merasa gembira dan beruntung punya abdi seperti Gareng.
Makna yang terkandung dalam kisah Gareng adalah :
Jangan menilai seseorang dari wujud fisiknya saja.
Cuma gemblethak di pekarangan warga tanpa ada upaya perli dungan/pelestarian. Eman2..
BalasHapus