Minggu, 19 Mei 2019

Punden Candi


Kali ini saya bergerak mblusuk kedaerah barat tulungagung. Tepatnya di Desa Talang - Kecamatan Sendang - Kabupaten Tulungagung.


Terdapat sebuah punden yang warga sekitar menyebutnya puṇḍen caṇḍi.
Dan anehnya punden tersebut berada di sebelah imam an sebuah mushola. Entah mushola apa, saya lupa namanya.


Hal ini menyimpulkan bahwa warga desa talang masih menghargai dan menjunjung tinggi peninggalan - peninggalan leluhur atau peninggalan prasejarah.
Menurut cerita salah seorang warga, di punden tersebut juga masih sering diadakan upacara - upacara yang berbau adat istiadat desa talang.
Sungguh sangat amazing bagi saya. Karena jaman sekarang jarang sekali ditemukan kebiasaan tersebut disebuah desa.
Karena sering kali menyangkut pautkan dengan urusan agama.
Yang notabene bilang berhala. Tapi semua tergantung niat, keinginan serta tujuan masing masing individu.


Dipunden ini ditemukan sebuah fragmen arca. Dan dua buah batu yang menyerupai batu altar atau DOLMEN, namun pada dua buah batu tersebut terdapat cekungan - cekungan lubang layaknya BATU DAKON.



Namun disini saya tidak membahas batunya. Melainkan penulisan kata puṇḍen caṇḍi. Sebenernya terdiri dari dua kata. Yaitu kata puṇḍen dan kata caṇḍi. Namun saya bingung. Kata puṇḍen jika tanpa keterangan puṇḍen apa orang akan bingung dan menjadi tanda tanya. Begitu pula kata caṇḍi, jika tanpa keterangan caṇḍi apa. Orang akan bingung pula. Akhirnya saya jadikan SATU KATA menjadi puṇḍen caṇḍi.


Untuk aturan penulisan jawa kuno kata puṇḍen caṇḍi yang menjadi satu kata. Kalau ditulisan jawa kuno, aksara na mati bila bertemu aksara ja atau aksara ca, maka aksara na akan digantikan dengan aksara ñ/nya. (rumus paten).
Kata suhu pribadi yaitu kang adi portnoy gayatri.



Nantikan perjalanan selanjutnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar