Minggu, 24 Maret 2019

Situs Bangle Kanigoro


Perjalanan masih belum berakhir....
Sebuah desa yang minyimpan banyak rahasia. Ialah desa bangle kecamatan kanigoro kabupaten blitar.
Sepulang kerja, Kali ini saya mblusuk lagi guna mencari prasasti yang hilang. Menurut data dari temen temen antar komunitas ada sebuah prasasti namun belum diketahui keberadaannya
Memang, hanyalah data yang menjadi acuan rata rata komunitas.
Berbagai wajah orang desa bangle ku jumpai dan ku tanyai tentang keberadaan sebuah batu tersebut. Dari petani sampai kaur pemerintah desa. Dan tentunya saya sendiri tak kenal mereka.
Banyak yang mengira saya gemar togel, karena yang dicari benda benda peninggalan lama dan tentunya tempat tempat angker.Namun bukannya prasasti, tapi malah sejumlah artefak peninggalan era klasik yang tersebar meluas disini.

1. Gentong batu dan gundukan bata kuno




Alhasil dari beberapa lokasi yang di tunjuk warga.
Ku temukan gundukan bata kuno serta satu batu yang unik di salah satu mata air desa bangle.
Ialah sebuah gentong.
Gentong adalah sejenis wadah yang terbuat dari batu. Kalo sekarang terbuat dari tanah liat yang dibakar hingga berubah warna menjadi cokelat muda atau cokelat tua. Gentong umumnya berbentuk bulat dan sering digunakan sebagai wadah untuk menyimpan air.


Teringat cerita dari temen komunitas segaligus ketua komunitas PASAK dari kediri kang Novi BMW
Genthong di masa klasik banyak ditempatkan didepan rumah rumah warga, juga dipinggir jalan.
Bertujuan untuk shodakoh atau sedekah air untuk pedagang jarak jauh, para musafir dll.


Kuraba raba, memang ada guratan guratan layaknya tulisan dibagian luar genthong.
Berhubung berada didalam Mata air, akhirny tak bisa terdokumentasi.
Karena hp tidak mendukung.

2. Umpak


Pada era klasik, umpak dipergunakan sebagai landasan tiang penyangga sebuah banguan.

3. batu bata kuno yang di buat makam



Terdapat juga sebuah punden yang tersusun dari batu bata kuno yang besar dan panjang. Warga menyebutnya punden mbah jayeng.


4. Lesung



Sebelum mesin ditemukan, lesung digunakan untuk mengolah hasil dari pertanian dan mengolah bahan untuk menjadi makanan. Terkadang juga digunakan untuk mengolah obat - obatan dalam jumlah yang besar.
Tapi yang paling sering digunakan adalah untuk menumbuk padi (hasil pertanian). Berbentuk balok persegi panjang dan bagian tengahnya dicekungi cukup dalam serta bagian lubangnya lebar. Tidak seperti lumpang yang notabene berlubang kecil.
Dulu, untuk menumbuk padi dibutuhkan tenaga yang banyak. Dapat kita bayangkan bahwa masyarakat di era klasik sangat rukun. Karena waktu menumbuk padi mereka berkumpul, bergotong royong serta berbagi pengalaman.
(kalo sekarang mah kagak ada).
Dari sini dapat digambarkan bahwa letak lesung ini dulunya berada fi pemukiman penduduk.

5. Ambang pintu di rumah warga





Terdapat dua buah batu ambang pintu di teras seorang warga bangle dengan posisi sengaja disemen.
Dikarenakan takut hilang.
Pada salah satu batu terdapat cekungan cekungan seperti dakon.
Namun sudah agak memudar.
Dulu pernah ada yang mau membeli batu tersebut dengan alasan dibuat alas tempat wudhu sebuah masjid.
Namun si pemilik tidak mau, karena alasan si #MAFIA watu tersebut menurutnya sangat konyol.
Dari saya kecil, batu tersebut sudah ada disini mas. Kata si nenek lansia tersebut. Dulu juga banyak pelajar yang datang kesini guna mempelajari batu tersebut. Karena terdapat huruf jawanya.

6. Relief



Terdapat juga sebuah relief. Temen - temen menyebutnya krilin. Termasuk hewan mitologi juga. Dengan adanya relief hewan ini fi era klasik, dipercaya rakyat akan cepat berkembang biak dan makmur.

7. Batu dakon



Fungsi Watu Dakon jaman dulu diperkirakan untuk penanggalan bila jumlah lubang 49.
Dan jika lubang lebih dari 10 untuk perhitungan masa tanam (tandur) dan masa panen yang berkaitan dengan pertanian.
Tapi segala sesuatu harus lihat konteksnya dulu.
Kalo berada di sekitar ambang pintu / batu altar. Biasanya digunakan untuk upacara keagamaan. Yang dimana lubang kecil untuk peripih atau sesaji, dan lubang yang besar untuk menaruh abu jenazah.

8. Arung




Jauh - jauh dari tuban. Datang ke plat AG langsung saya ajak mblusuk. Dia adalah teguh, yang sebenarya datang ke plat AG untuk menuntut ilmu di salah satu universitas plat AG. Tentang arung sendiri saya belum terlalu mendalami. Jadi ya mohon maaf.

9. Ambang pintu berkonogram 1061 caka




Inskripsi Semanding terbaca tahun 1061 Saka (1139 M). Yang menyimpulkan bahwa era tersebut masuk dalam masa pemerintahan Jayabaya dari Kerajaan Kadhiri.
Pada masa Sri Jayabaya, dengan semboyan Panjalu Jayati alias Panjalu Menang, Panjalu unggul atas Jenggala. Berita kemenangan besar itu diceritakan dalam prasasti Ngantang.
Akan tetapi setelah Jayabaya wafat akibat pemberontakan Rake Sirikan Sri Sarweswara pada 1159M, tanah Jawa kembali bergolak, Panjalu dan Jenggala kembali berseteru. Kemelut perebutan tahta di Panjalu membuat keturunan Jenggala tergugah bangkit melepaskan diri dari kekuasaan Panjalu. Jenggala tetap memusatkan kekuatannya di timur gunung Kawi (Kutaraja).

10. Nisan kuno



Sebuah nisan yang menurut saya unik. Dari bentuk serta ukirannya. Entah perkiraaan tahun berapa, belum ada pedoman untuk mempelajarinya.



Awalnya menduga adalah sebuah lapik prasasti ataupun lesung. Namun dengan bantuan  juru kunci makam tersebut, terjawablah rasa penasaran kami. Ternyata adalah sebuah kijing dari batu. Menurut sang juru kunci, nisan ini sudah ada yang pesan. Meskipun orangnya belum meninggal. Lucu khan?

11. Lumpang kuno



Beberapa lumpang kuno tersebar di pemukiman warga bangle.
Ajaran yg tersirat pada lumpang dan alu.
Adalah.
Persatuan antara tanah dan benih sehingga adanya tumbuh tumbuhan (wit witan)
Bersatunya sperma dg anu (wanita) sehingga adanya ikatan perkawinan.
Anu (wanita) disimbolkan merah sedangkan sperma disimbolkan putih.
Sadarkah bila merah putih yg menjadi bendera kita filosofiny sedemikian rupa?
Itulah pesan yg diajarkan orang terdahulu.
Karena sebenarnya orang2 terdahulu berbudaya tinggi.
Lek gelem sinau....
Gelem to sinau sejarah?

Demikianlah seluruh peninggalan artefak di desa bangle. Nantikan blusuk di wilayahmu......

Cuption....


Bukankah hidup ini sebetulnya mudah to?
Jika rindu, datangi dia.
Jika tidak senang, ungkapkan.
Jika cemburu, tekankan. 
Kita sebagai manusia yang sering kali mempersulit segala sesuatu.
Ego mencegah kita untuk mengucap "Aku membutuhkanmu".
Menurutku bagian terbaik dari jatuh cinta bukan tentang memiliki.
Tapi, kenapa kita sakit hati setelahnya?
Kecewa? Marah? Benci? Cemburu?
Jangan-jangan karena kita tidak pernah paham betapa indahnya jatuh cinta.

Prasasti tangkilan Kediri


Dinamakan Prasasti Tangkilan karena terletak di Dukuh Tangkilan, Desa Padangan, Kec. Pagu, Kab. Kediri
Klik PETA LOKASI
Angka Tahun berdasarkan pembacaan adalah 1052 syaka/1130 Masehi.
Dari tahun dan lencana candra kapala (tengkorak menggigit bulan) sudah jelas adalah peninggalan era kadhiri ato panjalu.
Dengan raja yang bergelar Syri Mahārāja syri Bāmesywara Sakalabuaņatuşţikāraņa Sarwwāniwāryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa.


Menurut penuturan Mbah Tukini Rembes (60-an), dahulu prasasti ini ditemukan oleh Kakeknya yang bernama Mbah Sirokarso Jaimin (alm) pada masa Belanda. Suami dari Mbah Gemi (almh) tersebut menemukan prasasti tersebut tidak sengaja, sewaktu menggali tanah di areal kebun yang terkenal wingit (angker) kala itu.

Informasi Mbah Tukini Rembes bahwa penemuan prasati ini sejak masa pendudukan Belanda tidaklah salah. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya laporan J. Knebel (1908) tentang Situs batu bersurat di Dukuh Tangkilan, Desa Pandangan, Distrik Papar, Afdeeling&Residentie Kediri.Yang mau tau isi laporannya, silahkan baca dibawah ini ni....

(Distrikt Papar)
Desa Pandangan
Doekoeh Tangkilan

In het midden van de tegalan troffen we aan een zoogenaamde beschreven steen, plat neerliggend in het zand.
Geen enkele letter is er meer op te onderscheiden.
De steen staat op een lotuskussen; het kussen ligt op eene steenplaat, en de steenplaat op een inzetstuk.
Hoog 1.64 M; breed van boven 0.94 M, beneden 0.79. Lotuskussen, plaat en pen, hoog 0.58 M.
Dikte van den steen 0.36 M.
Aan dezen steen wordt op geenerlie wijze eer bewezen.


Sekarang keberadaan prasasti telah dipindahkan dari lokasi asal dan bergeser sekitar 20 meter kearah barat daya.
Dan selain sebuah prasasti disini sekarang hanya dijumpai sebuah ambang pintu. Fragmen arca, dan 2 buah padmasana.
Dikarenakan batu dan arca arca lain sudah raib.


Walaupun ukiran aksara pada batu bertulis  Tangkilan sebagian masih dapat di baca, namun hingga kini masih belum diterbitkan bacaannya.
Untuk penempatannya juga sudah dilindungi. Dan sudah berpagar besi.

Jumat, 22 Maret 2019

Lingga semu Tanggung


Lingga adalah salah satu hasil karya manusia melalui proses wujud ide dan
menggunakan wujud aktivitas atau tingkah laku pendukungnya. Pembuatannya
tidak semata-mata mengekspresikan keindahan bentuk, melainkan diupayakan
agar memiliki nilai lain, yakni berkaitan dengan persepsi sistem budaya yang
melatarbelakanginya (Sulistiyanto, 1989 : 31).


Diantara peninggalan lingga yang berhasil saya dokumentasikan ternyata
masing-masing mempunyai perbedaan bentuk dan bahkan bervariasi.
Penggambaran bentuk lingga secara visual adalah berbentuk phallus yang lazim
dilukiskan dalam bentuk bulat panjang atau silinder yaitu menyerupai kelamin
orang laki-laki.

Bentuk lingga yang menggambarkan bulatan-bulatan dengan
segiempat disebut "Lingga Semu". Umumnya lingga semu mempunyai bentuk
yang bervariasi, diantaranya ada yang pada satu lapik berdiri dua lingga.


lingga semu yang berdiri dihalaman warga dusun santren kelurahan tanggung kota blitar hanya satu lapik.
Bila ingin berkunjung monggo...  PETA LOKASI


Lingga semu atau yang di sebut dengan Lingga Patok, di fungsikan sebagai tapal batas Tanah Sima, tanah perdikan, tanah bebas Pajak.
Sering di jumpai pada bangunan bangunan Tempat Pemujaan Seperti Candi.

Situs Miren Ngranti


Narasumber kang heru susanto selaku ketua komunitas ASTAGAYATRI.
Desa Ngranti Boyolangu Tulungagung.
Desa Ngranti adalah desa yang berada diujung selatan kecamatan Boyolangu. Konon pada abad ke 18 kerajaan mataram diserang Belanda, sehingga banyak prajurit - prajurit mataram yg melarikan diri antara lain Jogo yudo bersama saudara - saudaranya yang akirnya sampai di sebuah hutan.
Jogo yudo bersama saudara - saudaranya akirnya membabat hutan tersebut yg kemudian di beri nama Ngranti. Juga ada versi cerita lagi nama Ngranti karena tempat ini dulu dijadikan penantian atau menunggu dalam bahasa jawa (ngenteni/ngentosi) juga banyak ditemui pohon Ranti. Terdapat ambang pintu, batu penyusun candi serta batu bata kuno disekitar pemukiman penduduk warga Dusun miren Desa ngranti Kecamatan Boyolangu Kabupaten tulungagung.

U

Menariknya disini terdapat angka tahun pada sebuah ambang pintu tersebut.
Yaitu tertulis 1300 saka atau 1378 masehi, yang menyimpulkan peninggalan Kerajaan Majapahit era pemerintahan Hayam Wuruk.
Hayam Wuruk adalah raja keempat Kerajaan Majapahit yang memerintah tahun 1350-1389 yang bergelar MAHARAJA SRI RAJASANEGARA.
Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya.


Hayam Wuruk menjadi Raja Majapahit untuk menggantikan Raja majapahit ke 3 yaitu ibunya sendiri Dyah Gitarja (Tribhuwana Tunggadewi) yang menjadi Wali Kerajaan/Makamanggalya, dikarenakan status ibunya sebagai Ratu Majapahit telah habis.
Habisnya status tersebut dikarenakan Gayatri atau Rajapatni (ibu kandung tribhuwana atau nenek hayam wuruk) sebagai pemegang status kekuasaan yang sah telah meninggal.


Tahun 1372, ibundanya meninggal. Ini adalah pukulan berat baginya.
Tahun 1377 kembali menundukkan Swarnabhumi karena pelanggaran yang dilakukan penguasanya. Setelah ini, Majapahit memasuki era damai dengan menjalin hubungan baik dengan negara tetangganya.
Tahun 1389 Hayam Wuruk mangkat dan dimakamkan di Tajung. Diganti oleh menantunya Wikramawardhana.

Menurut kang heyu, beliau sampai saat ini belum bisa menyimpulkan kenapa didusun Miren ada batu inskripsi dan sebaran batamerah banyak sekali.
Akan tetapi, bila ditarik garis lurus. Dusun miren sangat berdekatan dengan Desa Kendalbulur yang dahulu pernah juga ditemukan arca dan beberapa peninggalan era majapahit.
Tidak menutup kemungkinan bahwa, wilayah ini dulu adalah satu wilayah sima atau pradesa.

Cuption...
Narasumber kang miko ASTAGAYATRI

Gareng
Anak Gandarwa (sebangsa jin) yang diambil anak angkat pertama oleh Semar. Nama lain gareng adalah : Pancalpamor ( artinya menolak godaan duniawi ) Pegatwaja ( artinya gigi sebagai perlambang bahwa Gareng tidak suka makan makanan yang enak-enak yang memboroskan dan mengundang penyakit. Nala Gareng (artinya hati yang kering, kering dari kemakmuran, sehingga ia senantiasa berbuat baik).
Gareng adalah punakawan kedua setelah Semar.
Ciri - ciri fisik Gareng :

1.Mata juling yang memiliki arti tidak mau melihat hal-hal yang mengundang kejahatan/ tidak baik.
2. Tangan cekot (melengkung) yang memiliki arti tidak mau mengambil atau merampas hak orang lain.
3. Sikil gejik (seperti pincang) yang memiliki arti selalu penuh kewaspadaan dalam segala perilaku.

Gareng senang bercanda, setia kepada tuannya, dan gemar menolong. Dalam pengembaraannya pernah menjadi raja bernama Prabu Pandu Bergola di kerajaan Parang Gumiwang. Ia sakti mandraguna, semua raja ditaklukkannya. Tetapi ia ingin mencoba kerajaan Amarta ( tempat ia mengabdi ketika menjadi punakawan).Semua satria pandawapun dikalahkannya. Sementara itu Semar, Petruk dan Bagong sangat kebingungan karena kepergian Gareng.
Untunglah Pandawa mempunyai penasehat yang ulung, yaitu Prabu Kresna. Ia menyarankan kepada Semar, jika ia ingin bertemu dengan Gareng relakanlah Petruk untuk untuk menghadapi Pandu Bergola. Semar tanggap dengan ucapan Krena, sedangkan hati Petruk menjadi ciut nyalinya. Petruk berfikir Semua raja juga termasuk Pandawa saja dikalahkan Pandu Bergola, apa jadinya kalau dia yang menghadapinya. Melihat kegamangan Petruk, Semar mendekat dan membisikkan sesuatu kepadanya. Setelah itu petruk menjadi semangat  dan girang, kemudian ia berangkat menghadapi Pandu Bergola.
Saat Pandu Bergola sudah berhadapan dengan Petruk, ia selalu membelakangi ( tidak mau bertatap muka), jika terpaksa bertatap muka ia selalu menunduk. Tetapi Petruk senantiasa mendesak untuk bertanding. Akhirnya terjadilah perang tanding yang sangat ramai, penuh kelucuan dan juga kesaktian. Saat pergumulan terjadi Pandu Bergola berubah wujud menjadi Gareng. Tetapi Petruk belum menyadarinya. Pergumulan terus berlanjut, sampai pada akhirnya Semar memisahkan keduanya. Begitu tahu wujud asli Pandu Bergola, Petruk memeluk erat-erat kakaknya (Gareng) dengan penuh girang. semua keluarga Pandawa ikut bersuka cita karena abdinya telah kembali.
Gareng ditanya oleh Kresna, mengapa melakukan seperti itu. ia menjawab bahwa dia ingin mengingatkan tuan-tuannya (Pandawa), jangan lupa karena sudah makmur sehingga kurang/ hilang kehati-hatian serta kewaspadaannya.
Bagaimana jadinya kalau negara diserang musuh dengan tiba-tiba? negara akan hancur dan rakyat menderita. Maka sebelum semua itu terjadi Gareng mengingatkan pada rajanya. Pandawa merasa gembira dan beruntung punya abdi seperti Gareng.

Makna yang terkandung dalam kisah Gareng adalah :
Jangan menilai seseorang dari wujud fisiknya saja.