Kamis, 14 Maret 2019

Situs kunir wonodadi


Berawal ngobrol via jejaring sosial dengan sang master mblusuk Kang Widjatmiko AP . Karena sekarang beliau domisili di semarang. Tidak seperti dulu yang tiap hari ngobrol dan ngopi bareng.
Beliau mengatakan bahwa ada sebuah inskripsi di dusun manggar desa kunir kecamatan wonodadi blitar. Dalam pendataan belanda juga ada tentang inskripsi tersebut.
Rasa penasaran pun semakin menggebu, hingga pada akhirnya juga langsung chat via jejaring sosial ke sesepuh blitar Ferry Riyandika
Beliau juga mengatakan dalam data belanda memang ada sebuah inskripsi disana. Namun beliau juga belum menemukannya. Hingga akhirnya beliau mengirimkan sebuah foto dokumen dari belanda tersebut.
Foto data diatas tersebut yang memperkuat bukti adanya 
sebuah inskripsi.

Ke esokan harinya sepulang kerja saya langsung mblusuk sendiri di dusun tersebut.
Dari berbagai punden, mata air (sumber) dan bahkan makam umum saya blusuki.
Namun tidak ketemu untuk inskripsi tersebut.
Dari orang biasa sampai kaur desa juga saya tanyai.
Alhasil, ada seorang warga yang memberitahu bahwa. Dulu memang ada batu berukir huruf jawa di bawah pohon beringin di tengah sawah. Namun waktu pembangunan DAM atau bendungan batu itu dibuat tumbal agar bendungan tersebut tidak memakan korban. Dan batu yang awalnya dibawah pohon beringin tersebut digantikan dengan sebuah kijingan (makam).
Warga setempat menyebutnya dengan makam mbah plengkung.
Saya sudah putus asa waktu mencari batu berinskripsi tersebut. Namun orang yang ngobrol dengan saya tersebut kemudian berkata.
Kalo kamu mencari peninggalan sejarah, sebenarny dirumah ini ada.
Serentak terkejut seketika saya bilang masa ada pak?
Dengan tersenyum dan berjalan kesamping rumah dia menunjukkan suatu batu. Yang teryata adalah sebuah miniatur candi.
Menurut cerita beliau, batu ini didapat sewaktu beliau menggali pondasi rumahnya.
Hanya ini mas batu yang bisa terangkat.
Yang lain tidak bisa soalnya berat untuk mengangkatnya kata beliau.

1. Umpak dan miniatur candi
Beberapa umpak di depan rumah warga, menyimpulkan dulunya disini pernah berdiri suatu bangunan. Entah itu bangunan suci atau pemukiman. Entahlah...







Layaknya seperti pura di rumah rumah atau perkampungan.
Miniatur candi dimungkinan fungsinya sama seperti candi tapi dalam lingkup atau kecil. Bisa buat beribadah, pemujaan salah satu sekte (bila ditemukan pendukung lainnya seperti arca atau lingga yoni) karena miniatur candi adalah replika gunung juga.
Kebanyakan atap miniatur candi berbentuk meru (bagian atap bertingkat tingkat), di jawa tengah jg banyak terutama di daerah wonosobo, temamanggung, sebagian semarang dan boyolali.


Berhubung jaraknya 100 dari barat, usai dari miniatur candi, langsung ke prasasti yang digunakan sebagai nisan. Dulu pernah kesini, tapi waktu itu hp masih belum berkamera.
Masih satu desa yaitu Desa kunir tapi di Dusun Cemandi Kec. Wonodadi.

2. Prasasti kunir / cemandi




Berada di makam auliya Pondok Pesantren Al-Kamal. Prasasti tersebut menjadi nisan Makam Auliya Cemandi yang dikenal sebagai makam tokoh Mbah Imam Hambali Bin Ahmad/ Ki Jallaalean/ Mbah Sumare.
Aksara prasasti yang masih tampak jelas bisa diamati pada sisi kanan.
Namun pada bagian depan dan belakang sudah aus.



Pada bagian depan terdapat sebuah lancana. Lancana tersebut kurang begitu jelas namun menurut saya pribadi adalah lencana Raja Srengga / Kertajaya.
Yaitu raja Kejaraan Kadiri terakhir yang dikenal sebagai fir aunnya negeri ini dengan watak adigang adigung adigunonya.

3. Yoni cemandi




Khususnya di Indonesia ya, arkeologi sering diidentikkan dengan sejarah.
Hal ini disebabkan oleh kesamaan tujuan, yakni sama-sama berusaha mengungkap masa lalu.
Perbedaan antara keduanya terletak pada jenis datanya.
Sejarah lebih banyak menggunakan sumber tertulis atau sumber lisan.
Sedangkan arkeologi menggunakan sumber berupa benda-benda non-tulisan seperti candi, arca, relief, dan sebagainya1.
Arkeologi merupakan cabang dari ilmu-ilmu budaya dengan budaya material (bendawi) sebagai bahan kajian utama, sehingga terkadang arkeologi disebut sebagai antropologi masa lampau.


Lingga (Bahasa Sanskerta: lingam) merupakan simbol Dewa Siwa, sedangkan yoni melambangkan Dewi Parwati, istri atau shakti Siwa.
Kedua lambang ini merupakan simbol kesatuan antara laki-laki dan perempuan yang sangat dipuja dan sangat dihormati oleh para penganut agama Hindu aliran Siwa, sebagai kesatuan yang maha tinggi atau totalitas daripada segala yang ada (Purusa-Pakrti)2.
Lingga-Yoni sebagai lambang Dewa Siwa tertinggi biasanya diletakkan di bilik bangunan candi sebagai obyek pemujaan.
Lingga yang berbentuk silinder (seperti phallus, kelamin laki-laki) tertanam ditengah yoni.
Yoni memiliki cerat saluran air atau pranala3.
Pada prosesi pemujaan, puncak lingga disiram dengan air suci, air mengalir sampai bagian atas yoni, lalu mengucur ke lantai melalui cerat yoni yang biasanya menghadap ke utara.

Di India, yoni umumnya berbentuk bulat dengan cerat yang menonjol (seperti vulva, kelamin perempuan).
Namun di Indonesia, yoni kebanyakan berbentuk persegi.
Ciri lain yang membedakan yoni di India dengan di Indonesia adalah adanya pahatan berbentuk ular atau naga yang terdapat di bagian bawah cerat sehingga seolah cerat disangga oleh ular atau naga.
Yoni dengan hiasan ular atau naga banyak ditemukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Di Jawa Tengah, kebanyakan yoni merupakan peninggalan masa Kerajaan Medang periode Jawa Tengah, atau sebelum Pu Sindok memindahkan pusat kekuasaan ke Jawa Timur (abad X Masehi), umumnya pahatan penyangga cerat berbentuk ular kobra.
Di Jawa Timur, yoni berasal dari masa Pu Sindok hingga Majapahit (abad XV Masehi), hiasan penyangga cerat berbentuk naga dengan pahatan yang lebih detail.


Selain lingga-yoni dengan ciri-ciri umum tersebut, terdapat pula lingga-yoni dengan ciri-ciri yang tidak lazim sehingga dapat disebut unik.
Ketidaklaziman tersebut terjadi karena berbagai faktor, seperti faktor budaya, teknis, hingga pergeseran fungsi dari lingga-yoni tersebut.
Dan dari sekian banyak yoni yang bentukny unik yang ditemukan di jawa timur. Yoni ini adalah salah satuny.


Yoni cemandi.
Terletak di depan halaman masjid sebuah pondok di kunir.
Yang dimana 1 lokasi dengan prasasti cemali era bameswara panjalu.
Separuh posisi masih terpendam.
Yang saya bilang unik disini adalah...
Yoni yang mengalami perubahan fungsi.
Dimana yoni posisi terbalik.
Monggo yang mau kesini bisa langsung klik koordinat dibawah.
Namun harus ijin ke pengurus ponpes karena ketat.

Itulah benda - benda peninggalan era klasik di desa kunir. Bila ingin berkunjung klik link dibawah ini.

8°05'12.7"S 112°01'20.5"E
Cemandi, Kunir, Wonodadi, Blitar, Jawa Timur 66155
https://goo.gl/maps/ySkhTWjHgSs

Cuption...
Teman... Bukankah, banyak yang menunggu, menunggu dan terus menunggumu.
Yang sayangnya yang ditunggu bahkan sama sekali tidak punya janji.
Kau menungguku dia?
Sejak kapan?
Daripada kita sibuk bertanya kapan seorang teman kita menikah?
Mungkin hanya membuatnya sedih, lebih baik bantu dia agar segera mendapatkan jodohnya.

Itu lebih bermanfaat.

1 komentar:

boingjoker@gmail.com mengatakan...

Dadi ngerti.
Nuwun..