Kamis, 19 Desember 2019

Situs combong


Sambil menyelam minum air. Sebuah peribahasa yang tak asing. Sambil kerja,  juga sambil mencari jejak peninggalan era klasik. Itulah hal - hal yang saya lakukan setiap hari.
Masih teringat jelas kala itu. Ketika fokus dengan pekerjaan saya, tanpa saya sadari bahwa dirumah tersebut terdapat peninggalan era klasik. Berada di depan rumah warga yang saya service listriknya, terdapat sebuah bak atau jambangan dengan posisi terbalik. Dari beberapa jambangan yang saya temui, bak ini ukurannya rumayan besar. Dan kondisinya jarang terawat. Hal ini disebabkan oleh pergeseran zaman. Tak bisa dipungkiri bahwa media atau perlatan kuno seperti jambamgan ini, sudah tidak difungsikan lagi kegunaanya.



Bergerak ke utara, terdapat sebuah lingga di area persawahan. Sebenarnya ini adalah dokumen blusuk tahun 2016 lalu dan sudah saya posting via media facebook. Namun tidak ada salahnya saya posting kembali dengan beda media, yaitu media blog.
Otak berlogika, karena letaknya tak begitu jauh dengan situs semanding yang saya posting beberapa bulan lalu. Dan disana pernah diketemukan suatu prasasti.
Apakah lingga ini difungsikan sebagai penanda penetapan sima?
Teringat dengan istilah srandu. Srandu adalah suatu garis maya yang apabila dihubungkan dapat menunjukkan luasan daerah yang dibatasi.
Titik - titik itu didapat dari penempatan beberapa lingga patok itu sendiri.
Nah...  Jangan - jangan masih ada yang lain. Perlu blusukan lagi.




Cuption


Rabu, 18 Desember 2019

Situs Pojok Kota Kediri


Blusuk tipis - tipis bersama mas yudi pasak.
Diajak ke punden mbah mlokosari. Di punden ini, terdapat batu bata kuno yang besar - besar. Bisa diperkirakan, bahwa era kedirian. Apalagi dengan terdapatnya ambang pintu, bisa diperkirakan wilayah ini adalah reruntuhan suatu bangunan di era klasik. Entah itu pemukiman, punden ataukah candi. Dan reruntuhan tersebut sekarang difungsikan sebagai punden dengan tersusun beberapa makam. Perlu riset dan blusuk lebih ekstra. Karena lokasi berdekatan dengan wisata gunung klotok, yang terdapat banyak sekali puing - puing reruntuhan bangunan era klasik.






Bergeser ketimur juga masih terdapat sebuah punden. Entah punden apa, saya lupa namanya. Di area punden ini juga terdapat selebaran batu batu kuno yang ukurannya sama seperti di punden mbah mlokosari. Menariknya disini terdapat dua buah lingga yang dipernisankan. Dapat disimpulkan bahwa corak agama waktu itu adalah hindu.






Cuption


Selasa, 17 Desember 2019

Situs butuh


Terdapat satu bagian candi yang dipundenkan oleh warga setempat. Yaitu sebuah tangga. Mengingat fungsi tangga yang begitu penting dalam menghubungkan satu lantai dengan lantai yang lain, pernahkah kita berfikir sejak kapan tangga diterapkan pada sebuah bangunan?
Menurut buku yang saya baca,  tangga telah ada dan digunakan oleh orang-orang jaman dahulu, bahkan pada masa sebelum Masehi. Keberadaan tangga sendiri ditemui hampir di seluruh kebudayaan di dunia, entah itu kebudayaan Eropa, Afrika, bahkan Asia, termasuk Indonesia.
Berdasarkan penelitian dari sejarawan dan arkeolog, tangga tertua yang pernah dibuat di muka bumi ini ditemukan di Sicily. Tangga ini diperkirakan berusia 480 SM dan menjadi salah satu bagian pada candi dalam peradaban Yunani.
Menurut buku itu, bahwa membangun tangga pun tak bisa sembarangan. Seorang arsitek jaman dulu, dalam membangun sebuah bangunan kerap memberikan fokus utama pada pembangunan sebuah tangga. Bahkan penempatan lokasi, jarak antara anak tangga, serta tingginya pun mengandung makna tersendiri.


Dan bila disini terdapat sebuah tangga, bisa dimungkinkan wilayah ini dulunya ada sebuah bangunan era klasik. Karena menurut pemilik lahan, batu ini sudah ada sejak kakek buyutnya. Beliau hanya disuruh merawat dan memjaganya.


Tak jauh dari situs diatas, terdapat sebuah punden. Warga sekitar menyebutnya Punden mbah bol atau bol mbutuh atau Monas Jawa. Dan ternyata waw…  sebuah bangunan peninggalan era kolonial berbentuk Cerobong Asap. Dan menurut warga sekitar pula, disini pernah ada atau pernah difungsikan sebagai Pabrik Gula pada masa Kolonial Belanda. Dan yang jelas bangunan ini dibangun pada masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1800-an.


Dan kemungkinan, bangunan ini diarsisteki oleh orang Belanda dan dikerjakan oleh penduduk Indonesia.  Dalam buku sejarah SD ku dulu, kerja paksa saat pemerintahan belanda banyak menelan korban jiwa. Mungkin karena kelaparan, disiksa, atau jatuh dari bangunan ini. Pabrik Gula ini hancur pada masa pertempuran antara Belanda dengan warga pribumi.
Berita yang beredar, Monas Jawa ini merupakan cerobong asap pabrik gula peninggalan Belanda yang tertinggi di Pulau Jawa.
Jika tidak percaya, monggo blusuki.



Cuption


Senin, 16 Desember 2019

Situs tuliskriyo


Desa tuliskriyo kecamatan sanan kulon blitar. Jika diflash back, ternyata tidak pernah sepi peradaban. Dari era kediri sampai singhasari (tumapel). Menurut saya pribadi, penyebab utamanya adalah salah satu desa di tepi sungai brantas. Berikut adalah bukti peninggalan - peninggalan era klasik yang saya maksud tidak sepi peradaban.

1. Fragmen arca dwarapala
Berada di pinggiran pematang sawah, warga sekitar menyebutnya punden mbah susur. Karena wujudnya seperti orang nyusur. Usut punya usut ketika para petani di sawah tersebut mengadakan upacara tanam padi, saya melakukan tanya jawab. Alhasil, menurut salah seorang petani dulunya punden ini adalah sebuah arca memegang gada dan beberapa lumpang besar. Lalu terjadi vandalisme, hingga akhirnya agar punden tersebut tetap ada. Warga mengambil potongan - potongan batu tadi dan disemen. Dan pada akhirnya diberi nama mbah susur. Karena salah satu batu bentuknya laksana orang nyusur.


2. Inskripsi era kediri



Terdapat sebuah inskripsi di kantor desa tuliskriyo dengan kondisi disemen. Inskripsi tersebut menunjukkan angka tahun 1124 Saka (1202 M) yang menurut sejarah menunjukkan masa pemerintahan Raja Kertajaya, raja terakhir Kerajaan Kadiri.
Menurut info pak kamituwo (kades) dahulunya Inskripsi ini berada di bawah pohon raksasa di belakang kantor desa ini, namun karena sempat mengalami vandalisme (perusakan), kini inskripsi ini disimpan dan diamankan di halaman Kantor Desa Tuliskriyo. Monggo kalau mau blusukan dan belajar mengenal huruf jawa kuno, silahkan berkunjung kesini.






3. Arca Ganesa Boro


Sebenarnya sering saya kesini, namun ada satu moment yang harus saya abadikan via blog ini. Karena ada teman yang jauh - jauh dari tuban bernama tegoeh fatchurosi (epigraf muda), datang ke blitar untuk menemui saya. Dan itu pun pertama kali saya jumpa dan blusuk bersama dia.
Nanti bisa buat cerita anak cucu saya. Dengan catatan jika saya masih diberikan umur panjang.



Tak perlu berpanjang lebar membahas tentang arca yang satu ini. Pertama semua sudah banyak yang tahu. Kedua sudah banyak yang memposting tentang arca ini. Yang jelas bagibsaya pribadi, arca ini terlalu amat dan sangat waw.  Karena pada bagian depannya terpahat wujud Ganesha seperti umumnya, namun bagian belakang terpahat Mahakala yang menyeramkan. Bahasa inggrisnya two in one. Two diartikan 2 wajah. One diartikan 1 arca. Dua wajah dalam satu arca.
Dan yang jelas arca ini era tumapel. Karena pada sisi lapik arca ini terpahatkan sengkalan yang berbunyi hana gana hana bhumi. Jika ditulis menjadi 1611 dan dibaca 1161 Saka atau 1239 Masehi.



Cuption

Minggu, 15 Desember 2019

Situs karangtengah kandangan


Ketika mau balik ke mojokerto menghadiri jambore, saya tersesat gaes. Gara - gara akses jalan ditutup karena ada hajatan, akhirnya aktivitas pengguna jalan dialihkan. Saya bingung mau lewat mana, tapi saya putuskan untuk tetap melanjutkan berkendara. Dan ketika melewati sebuah desa di kandangan, mata saya tertuju kepada suatu benda. Awalnya ada keraguan tentang benda tersebut. Namun setelah saya dekati,  ternyata sebuah miniatur candi yang waw...  Masih sangat lengkap gaes.



Miniatur candi merupakan sebuah replika candi dalam bentuk kecil. Sama halnya seperti candi dalam bentuknya yang asli, miniatur candi ini juga digunakan sebagai artefak religi terutama untuk memuja dewa atau roh dari raja dan leluhur yang telah meninggal (Linus, 1974: 17).
Berbeda dengan candi yang merupakan bangunan tetap dan digunakan sebagai sarana peribadatan bersama, miniatur candi mungkin digunakan dalam skala penggunaan
yang lebih kecil sehingga para arkeolog kemudian berpendapat bahwa miniatur candi adalah chala (Mantra, 1963, Surasmi, 1984).

Chala merupakan media ritual baik arca atau dalam bentuk lainnya yang sifatnya dapat dipindahkan karena ukurannya yang kecil. Konsep ini memiliki kesamaan dengan konsep artefak dalam istilah arkeologi umum hanya saja chala dalam hal ini merujuk pada istilah ikonografi. Selain chala terdapat pula media ritual lain dalam ukuran sedang (chalachala) dan ukuran besar sehingga tidak dapat dipindahkan (achala). Dari sisi fungsional dan mobilitasnya, chala digunakan sebagai sarana ritual perorangan atau kelompok kecil sebagai simbol dewa pujaan pribadi (istadewata), sedangkan chalachala dan achala digunakan oleh kelompok yang lebih luas (Patnaik, 2011: 26; Rao, 1914: 17).


Menurut master widjatmiko AP, miniatur candi adalah replika gunung juga. Makanya kebanyakan atap miniatur candi berbentuk meru (bagian atap bertingkat tingkat), di jawa tengah jg banyak terutama di daerah wonosobo, temamanggung, sebagian semarang dan boyolali.

(sumber : wiki)
Menara meru tiga tingkat seperti miniatur ini, biasanya didedikasikan untuk leluhur yang didewakan.


Berawal dari penasaran, akhirnya blusuk lagi di daerah ini bersama ichal. Terdapat struktur batu bata kuno serta fragmen yoni di makam umum. Dinamakan fragmen karena wujudnya tak utuh. Tidak begitu banyak info tentang ODCB ini.
Tp jika ditanya era, ini adalah era majapahit. Mengacu pada ukuran batu batanya.









Cuption