Senin, 27 Mei 2019

Lumpang Gatho Karangrejo


Tak jauh dari situs umpak dan yoni karangrejo, terdapat sebuah lumpang yang bernama lumpang gatho.
Yang memang secara visual bila dilihat menyerupai bentuk gatho.


Gatho adalah alat pernanian jaman dulu yang digunakan untuk mengolah tanah. Kebanyakan penamaan cenderung ke sebuah bajak.


Menurut pemaparan sang pemilik, dulu ada batu mirip candi. Namun batu tersebut sudah dipendam guna mengubur sumur tua yang angker. Batu tersebut dijadikan sebagai tumbalnya. Menurut sang pemilik, dulu juga pernah ada seorang laki-laki yang datang kesana. Berasal dari malang. Usut punya usut, ternyata dulu yang pernah datang kesana adalah suhunya suhu blusukan. Ialah mbah Widjadmiko AP.
Via jejaring sosial, percakapan pun terjadi. Menurut suhunya suhu, memang dulu ada sebuah yoni disana. Namun sungguh sangat disayangkan, bila akhirnya dikubur guna membunuh sumur tua.


Masih menurut sang pemilik. Bahwa lumpang gatho ini dulunya pernah dijadikan media oleh bapak sang pemilik buat praktek perdukunan. Bila sepasang suami istri sulit dikaruniai keturunan, lumpang gatho ini dibuat untuk menumbuk jamu. Sebut saja tapak liman dan empon-empon, yang kemudian di minumkan kepada si pasien dukun tersebut.
Berjarak lima meter juga terdapat lumpang kuno. Dan sudah saya jelaskan dipostingan sebelumnya untuk Fungsi lumpang.


Jumat, 24 Mei 2019

Lingga Suru

Diawal bulan puasa tahun ini, saya kembali mblusuk dan bakti situs ke daerah blitar timur. Ditemani sang suhu dari komunitas BALETAR yaitu mas ferry riyandika dan mas eko dari pokdarwis lawang wentar.
Lingga Suru terletak di Desa Suru, Kec. Doko, Kab. Blitar.
Situs ini berada di pemakaman kuno atau danyangan tepat di samping Pura Ngudi Dharma Suci, Desa Suru. PETA LOKASI
Pada situs ini terdapat sejumlah bata kuno dan batu andesit yang tersebar di area pemakaman. Yang menurut saya adalah pecahan yoni.
Dan yang menarik ada sebuah lingga yang tertancap di tanah. Dan sudah disemen.
Dengan ciri - ciri bagian bawah berbentuk kotak atau persegi yang menurut saya pribadi adalah Catur murda yang melambangkan Brahma.
Bagian tengah berbentuk segi delapan atau Cakra Sudarsana yang melambangkan Wisnu.
Dan bagian atas berbentuk silinder yang melambangkan siwa.
Dalam agama hindu, ketiga dewa ini disebut trimurti. Dan jika dinalar dan dipelajari, memang sunggih amazing para leluhur kita dalam memvisualkannya.
Dan bila diamati dengan seksama pada lingga ini terdapat aksara jawa kuno, yang sayangnya sudah nampak aus dan sulit terbaca. Menurut suhunya suhu, perkiraan lingga ini dibuat pada abad ke -9 masehi.

Vidio bakti situs di situs suru

Minggu, 19 Mei 2019

Punden Candi


Kali ini saya bergerak mblusuk kedaerah barat tulungagung. Tepatnya di Desa Talang - Kecamatan Sendang - Kabupaten Tulungagung.


Terdapat sebuah punden yang warga sekitar menyebutnya puṇḍen caṇḍi.
Dan anehnya punden tersebut berada di sebelah imam an sebuah mushola. Entah mushola apa, saya lupa namanya.


Hal ini menyimpulkan bahwa warga desa talang masih menghargai dan menjunjung tinggi peninggalan - peninggalan leluhur atau peninggalan prasejarah.
Menurut cerita salah seorang warga, di punden tersebut juga masih sering diadakan upacara - upacara yang berbau adat istiadat desa talang.
Sungguh sangat amazing bagi saya. Karena jaman sekarang jarang sekali ditemukan kebiasaan tersebut disebuah desa.
Karena sering kali menyangkut pautkan dengan urusan agama.
Yang notabene bilang berhala. Tapi semua tergantung niat, keinginan serta tujuan masing masing individu.


Dipunden ini ditemukan sebuah fragmen arca. Dan dua buah batu yang menyerupai batu altar atau DOLMEN, namun pada dua buah batu tersebut terdapat cekungan - cekungan lubang layaknya BATU DAKON.



Namun disini saya tidak membahas batunya. Melainkan penulisan kata puṇḍen caṇḍi. Sebenernya terdiri dari dua kata. Yaitu kata puṇḍen dan kata caṇḍi. Namun saya bingung. Kata puṇḍen jika tanpa keterangan puṇḍen apa orang akan bingung dan menjadi tanda tanya. Begitu pula kata caṇḍi, jika tanpa keterangan caṇḍi apa. Orang akan bingung pula. Akhirnya saya jadikan SATU KATA menjadi puṇḍen caṇḍi.


Untuk aturan penulisan jawa kuno kata puṇḍen caṇḍi yang menjadi satu kata. Kalau ditulisan jawa kuno, aksara na mati bila bertemu aksara ja atau aksara ca, maka aksara na akan digantikan dengan aksara ñ/nya. (rumus paten).
Kata suhu pribadi yaitu kang adi portnoy gayatri.



Nantikan perjalanan selanjutnya.



Sabtu, 18 Mei 2019

Situs Perkebunan Satak

Ditemani sahabat karib (agung) dan anaknya (satriyo) yang juga cinta sejarah, kali ini saya mblusuk ke daerah satak.
Dengan tujuan PTPN XII Kebun Ngrangkah Pawon BAGIAN SATAK. Karena menurut sang master ada situs disana.
Dan diperlukan ijin yang sangat "njlimet" untuk masuk ke situs ini. Harus ijin security, koordinator security juga kepala perkebunan. Mengingat pihak perkebunan juga mengakui bahwa benda - benda tersebut juga diburu kolektor antikan. Kata sang security "sepurane yo mas, mergo barang - barang ngono kuwi kemedol".
Saya pun menyadari akan hal itu. Bahkan banyak teman - teman sejarah yang tidak jenuh - jenuhnya mengingatkan saya.
Setelah mendapatkan ijin, kami dipersilahkan masuk serta diantar security menuju situs tersebut.

Tepatnya di halaman PTPN XII Kebun Ngrangkah Pawon BAGIAN SATAK. Terdapat sebuah arca perempuan yang menurut saya adalah arca parwati.

Parwati adalah isteri Dewa Siwa dan ibu dari Dewa Ganesa.
Oleh karena itu, atribut yang dipakainya berhubungan dengan atribut Dewa Siwa maupun Dewa Ganesa yaitu dua tangan belakang masing-masing membawa aksamala dan kamadalu.
Dua tangan yang lain diletakkan di depan perut membawa bungan teratai.
Bila diperhatikan dan dipelajari, Arca Parwati pada Situs satak ini digambarkan seorang wanita berdiri di atas lapik yang berbentuk padma (bunga teratai) dan dipahatkan menjadi satu dengan stella.
Pada bagian kepala bermahkota candrakapala. Ujung telinga terdapat anting panjang (kundala) sampai dada.
Di leher sampai di atas payudara terdapat kalung (hara).
Di bagian perut terdapat sabuk sebagai pengikat kain yang dipakai sampai di atas telapak kedua kaki. Bertangan empat dengan dua tangan depan bertemu di atas pusar, tangan kanan belakang memegang tasbih (aksamala) dan tangan kiri belakang membawa kebut lalat (camara).
Masing-masing tangan memakai kelat bahu (keyura) dan gelang tangan (kankana). Sikap kedua kaki berdiri rapat, ada sebagian untaian kain pada stella.
Dan pada samping kaki kanan dan kiri ada vas bunga.


Selain arca parwati juga ada dua buah yoni yang satu sebagai lapik arca. Dengan cerat panjang yang disangga naga dengan ekspresi mulut terbuka.

Dan yang satunya kondisi rusak, sebagian juga terpendam ditanah.
Pada bagian tengah (tempat lingga) ditumbuhi pohon beringin. Serta ada beberapa umpak, dan sebuah lumpang.





Demikian perjalanan kami, bila ingin berkunjung dengan ijin yang sangat "njlimet". Monggo klik PETA LOKASI

Senin, 13 Mei 2019

Lumpang sakti

Lumpang sakti secara administratif terletak di Dusun widodaren - Desa Ngetrep - Kecamatan Mojo kabupaten kediri.
Bila ingin berkunjung PETA LOKASI.
Berada di lereng Gunung Wilis di kebun jeruk warga Dusun Widodaren.

Saya namai lumpang sakti karena, setiap sesudah digeser ataupun dipindah, ke esokan harinya pasti kembali ketempat ini. Menurut warga sekitar sudah sering digeser atopun dipindah. Bahkan sempat dibeli kolektor barang antik. Namun nyatanya tetap kembali ketempat semula.
Menurut pemaparan sang master WIDJATMIKO AP, Lumpang ini dulu ada angka tahunnya.
Namun karena terpendam ditanah, serta tanpa membawa perlatan. Akhirnya saya tidak bisa melihat angka tahun tersebut.

Hanya sebuah argumen pribadi.
Bahwa lumpang dan alu bentuknya diambil dari bentuk lingga dan yoni.
Lingga (alu) menyimbolkan kelamin pria, sedangkan yoni (lumpang) menyimbolkan kelamin pria.

Lingga itu jantan, bahkan dalam bahasa sansekerta istilah "PURUSA LINGGA" diartikan sebagai zakar.
Sementara yoni bermakna perempuan, dan diartikan sebagai kekuatan ghaib yang memiliki daya tarik tiada guna.

Karena itulah baik lingga yoni maupun lumpang dan alu, dipercaya sebagai simbol kesuburan manusia.
Terutama dalam agama hindu sekte siwa.


Mengingat lumpang dan alu yang difungsikan sebagai pengolah pangan, kedua alat ini dianggap mewakili doa kesejahteraan hidup.

Kamis, 02 Mei 2019

Situs Ngeni


Ditemani mas Eko dari POKDARWIS kabupaten blitar, yang sekaligus adik dari JUPEL Candi Sawentar. Kali ini saya mblusuk menuju daerah pegunungan blitar selatan.
Berdasarkan acuan data dari mas Ferry riyandika disana ada sebuah Prasasti.


Prasasti Gunung Nyamil terletak di Desa Ngeni, Kec. Wonotirto, Kab. Blitar. Yang terletak di halaman Kantor Perkebunan Gunung Nyamil. Dan warga menyebutnya dengan punden mbah hindu.



Bahan baku batu Prasasti Gunung Nyamil ini beda dari prasasti di blitar lainya. Bila lainnya terbuat dari batu andesit. Tapi prasasti gunung nyamil ini terbuat dari batu kapur. Meskipun kondisinya telah pecah, namun sudah disambung kembali. Dan kondisi prasasti ini cukup terawat dengan dibangunkan cungkup sebagai peneduhnya. Beda dengan dulu yang hanya ditancapkan ditanah saja dan tanpa atap peneduh.


Berikut ketikan iseng pada handphone yang menggunakan aplikasi MOGN dan Font aksara nusantara, serta alih aksara dari Prasasti Gunung nyamil.

Kesimpulan isi Prasasti Gunung Nyamil hanya menceritakan tentang penanda tempat pertapaan Ki Bacabunya di Gunung Nyamil. Yang juga terdapat candrasengkala.
Sunya marga paksaning wong.
Menurut mas ady gayatri pembacaannya bukan sunya, tapi dibaca sun-ya. Karena aksara na mati ketemu aksara ya. Sudah dijelaskan pada watak candrasengkala bahwa...
Sunya berwatak = 0
marga berwatak = 5
paksha berwatak = 2
wong berwatak = 1
Yang menunjukkan angka tahun 1250 Saka, bila dimasehikan ditambahkan 78. Berarti setara dengan tahun 1328 Masehi. Tahun tersebut masuk dalam masa kerajaam Majapahit era pemerintahan Gayatri.

Kenapa kok gayatri?

Menurut Pararaton, Jayanagara didharmakan dalam candi Srenggapura di Kapopongan dengan arca di Antawulan, gapura paduraksa Bajang Ratu kemungkinan besar adalah gapura yang tersisa dari kompleks Srenggapura. Sedangkan menurut Nagarakretagama ia dimakamkan di dalam pura berlambang arca Wisnuparama. Jayanagara juga dicandikan di Silapetak dan Bubat sebagai Wisnu serta di Sukalila sebagai Buddha jelmaan Amoghasiddhi. Jayanagara meninggal dunia tanpa memiliki keturunan. Oleh karena itu, tahta Majapahit diteruskan oleh Ibusuri Gayatri sampai tahun 1331. Pasca wafatnya Gayatri, raja Majapahit selanjutny adalah Tribhuwana Wijayatunggadewi.



Tak jauh dari prasasti ini tepatnya di punden mbah putri yang juga terdapat peninggalan era klasik. Berdasarkan cerita sesepuh yang menjadi relawan jupel di punden tersebut. Dulu terdapat arca wanita, namun sekarang sudah tidak ada karena telah dicuri.
Benda era klasik yang tersisa di punden Mbah Putri adalah batu dakon, lumpang, dan sejumlah umpak.



Batu dakon
Fungsi Watu Dakon jaman dulu diperkirakan untuk penanggalan bila jumlah lubang 49.
Dan jika lubang lebih dari 10 untuk perhitungan masa tanam (tandur) dan masa panen yang berkaitan dengan pertanian.
Tapi segala sesuatu harus lihat konteksnya dan bentuknya dulu.
Kalo bentuknya lubangbada yang kecil dan ada yang besar seperti diatas. Biasanya digunakan untuk upacara keagamaan. Yang dimana lubang kecil untuk peripih atau sesaji, dan lubang yang besar untuk menaruh abu jenazah.



Umpak yang tersebar


Batu candi


Lumpang
Dan entahlah, dulunya daerah ini digunakan sebagai apa. Saya sendiri belum bisa menyimpulkan.

Cuption.

Malam ini aku bisa menuliskan bait-bait yang paling sedih. Menyadari bahwa aku tak lagi memlikinya. Merasakan bahwa aku telah kehilangannya. Ku dengarkan suara malam yang begitu sunyi, tetapi masih lebih sunyi lagi ketika hatiku tanpamu.