Senin, 03 Juni 2019

Jambangan satak

Masih seputaran desa satak, yang masih masuk area perkebunan afdeling sepawon. Selain Yoni dan arca parwati, setelah saya telusuri bersama agung dan anaknya,ternyata masih terdapat situs lain yaitu dua buah jambangan atau bak air.


Satu buah jambangan berada diarea perguruan silat yang berangka tahun 1279 çaka, dan satunya lagi berada disebuah hutan timurnya perguruan silat yang berjarak sekitar 500 meter dan tertulis angka 1277 çaka. Bertulis huruf jawa kuno yang menurut pembacaan saya adalah "pa ba repi gakite". Entah artinya apa, saya cari dikamus hanya kata terakhir yang sulit dipecahkan.

Jika melihat dan membaca angka tahun tersebut. 1277 dan 1279, terpaut 2 tahun. Hal ini menyimpulkan bahwa jambangan tersebut digunakan era pemerintahan Hayam Wuruk. Hayam wuruk adalah raja keempat Majapahit yang memerintah tahun 1351-1389 dengan gelar Maharaja Sri Rajasanagara.
Dalam pemerintahamnya majapahit mencapai puncak kejayaannya. Dan salah satu sastra yang paling terkenal adalah negarakretagama.


Nagarakretagama ditulis dalam bentuk kakawin (syair) Jawakuna. Tiap kakawin terdiri dari empat baris, disebut pada. Tiap barisnya terdiri dari delapan hingga 24 suku-kata, disebut matra. Naskah kakawin ini terdiri dari 98 pupuh, dibagi dalam dua bagian, yang masing-masing terdiri dari 49 pupuh. Tiap pupuh terdiri dari antara satu hingga sepuluh pada. Dilihat dari sudut isinya pembagian pupuh-pupuh ini sudah dilakukan dengan sangat rapi. Berikut cuplikan kakawin negarakretagama pupuh 62 yang menurut saya, melintasi daerah satak ini.



Keberadaan bak/jambangan air ini memiliki nilai penting yang dapat memberikan gambaran mengenai aktivitas kehidupan sehari-hari masyarakat di satak pada masa lalu khususnya masa klasik (Hindu-Budha).
Jambangan atau bak air ini merupakan wadah terbuka yang berfungsi untuk tempat penampungan air, kemungkinan merupakan sarana untuk kegiatan upacara keagamaan dimasa itu.

Berikut cuplikan vidio tentang situs tetsebut.


Tidak ada komentar: