Beberapa bulan lalu saya kesini. Berawal ketika ada infornasi dari teman komunitas yaitu pak zakiyul fuad zain, bahwa ada lapik arca di daerah kalidawir. Dan memang benar, ternyata ada dua buah lapik arca.
Sebetulnya beberapa bulan lalu juga sudah saya posting via medsos fb. Tapi kali ini saya posting lagi karena masuk dalam kategori kegiatan komunitas kami astagayatri, dalam jelajah situs yang ke tiga kalinya.
Lapik arca adalah bahasa arkeolog yang secara fungsional bila dijabarkan adalah tempat dudukan / alas dari arca dewa yang di stanakan maupun arca yang di puja pada masing - masing sekte hindu.
Lapik ini sudah tidak insitu, sudah bergeser ketimur sejauh 100 meteran dan telah dijadikan punden oleh warga setempat. Menurut cerita warga, dulunya diatas dua buah lapik ini dulunya terdapat arca laki - laki dan perempuan. Dan ternyata memang benar, dari sumber data belanda (ROC) diatas memang ada dua buah arca. Yaitu arca siwa dan arca parwati. Sedangkan untuk keberadaannya saat ini kurang mengetahui. Entah lenyap, entah dihancurkan, entah diamankan atau entah beralih fungsi.
Nama punden diatas adalah punden ngeco. Pastinya sesuai dengan namanya. Punden ini masih sering digunakan oleh warga setempat. Menurut masyarakat sesaji yang dibawa kesini harus ada jenang sewu. Apa itu jenang sewu?
Tekono mbahmu lek ra ngerti.
Kowe wong jowo lek ra ngerti jan kebacut. Uripo nek irak kono ae.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar