Kamis, 12 Desember 2019

Situs dan candi sumberingin kidul


Sebuah desa di kabupaten tulungagung yang juga memiliki peninggalan era klasik yang waow untuk ditelusuri dan dipelajari. Ialah Desa sumberingin kidul, sebuah desa yang saya maksud waw. Hampir setiap sudut desa memiliki lumpang kuno. Yang menarik lagi, terdapatnya reruntuhan candi dan reruntuhan patirtan.


Berawal dari sebuah rasa penasaran saya terhadap candi sumberingin kidul, hingga sering mondar - mandir blusuk di desa tersebut guna mencari sebuah patirtan. Karena sudah selayaknya, sebuah bangunan candi memiliki tempat untuk bersuci (sudah satu set, kata ahline). Dari aktivitas mondar - mandir itu, tetap tidak membuahkan hasil hingga akhirnya saya menyerah. Namun awal bulan november kemarin, setelah saya posting situs situs kandangan (klik) , ada seorang teman yang langsung japri (chat via wa) saya. Dia bilang, di tempatku ada lo benda seperti itu. Tanpa pikir panjang, setelah lepas dinas saya langsung meluncur ke tempat dia.

Ialah ki buyut, seseorang yang japri saya tadi. Begitu banyak cerita foklor tentang patirtan dari dia, hingga akhirnya tetap berujung blusuk. Ke arah barat daya dari candi sumberingin kidul radius 200 meteran, ternyata terdapat sebuah sumber kuno yang telah mati. Memang sengaja dimatikan sumber tersebut, agar lahan dan aliran sungai dapat dimanfaatkan guna bercocok tanam.
Dan ternyata, tak jauh dari lokasi sumber memang terdapat peninggalanyya. Inilah yang saya cari sampai mondar - mandir beberapa tahun lamanya.
Terdapat jobong sumur, lumpang pemujaan, gandik, umpak dan balok batu candi berbentuk kotak yang sudah diberi cungkup (atap) atasnya. Menurut pemaparan buyut, memang sengaja dibuat begitu guna menghargai peninggalan - peninggalan leluhur. Sesuatu yang andalan dan layak disebut pelestari.


Jobong sumur

Pada masa klasik, air bersih diperoleh dengan cara menggali tanah untuk membuat sumur. Bagian tepian sumur diberi penguat yang dibuat dari struktur bata dan tembikar ada juga yang terbuat dari batu sehingga disebut dengan istilah jobong. Kadang-kadang di sekitar permukaan sumur diberi lantai dan saluran air yang terbuka dan ada juga yang tertutup.
Setelah tanah digali sampai kedalaman air tanah yang layak minum, kemudian masing-masing jobong diturunkan satu demi satu menumpuk sampai ke permukaan sumur. Bagian yang garis tengahnya lebih besar terletak di bawah, menutupi bagian yang garis tengahnya lebih kecil.
Selain berfungsi untuk keperluan sehari-hari, air sumur berfungsi juga untuk upacara keagamaan dan pertanian dalam skala yang kecil (misalnya untuk menyirami tanaman ketika kemarau).


Umpak


Lumpang


Gandik


Balok batu candi



Umpak di kandang warga
Beberapa umpak yang masih difungsikan sebagai penyangga kandang kambing. No problem sih.


Lumpang angker
Sebuah lumpang berada di pinggir jalan. Menurut buyut, dulu tidak berada disini. Namun karena yang punya lahan takut karena sering ada penampakan hantu wanita bermuka rusak,  akhirnya lumpang tersebut dipindahkan. 


Sebaran lumpang dan fragmen jambangan



Nah...  Inilah candi sumberingin kidul. Posisi candi ini berada di area pemakaman desa. Bangunan candi tersusun dari bahan bata dan sebagian komponennya berbahan batu seperti umpak dan arcanya. Kondisi candi kini telah runtuh dan beberapa strukturnya tersebar di area pemakaman dan banyak yang menjadi nisan.


Struktur terbesar candi ini terletak dibawah pohon raksasa, pada struktur ini dijumpai beberapa umpak batu yang besar. Sementara itu struktur lainnya ada yang disusun menjadi makam.





Dwarapala

Patung penjaga gerbang atau pintu dalam ajaran Siwa dan Buddha, berbentuk manusia atau monster. Biasanya dwarapala diletakkan di luar candi, kuil atau bangunan lain untuk melindungi tempat suci atau tempat keramat di dalamnya. Dwarapala biasanya digambarkan sebagai makhluk yang menyeramkan. Bergantung pada kemakmuran suatu kuil, jumlah arca dwarapala dapat hanya sendirian, sepasang, atau berkelompok.


Fragmen dwarapala


Salah satu sebaran balok batu candi
Kalau tidak percaya, monggo blusuki sendiri. Nantikan postingan besuk.

Tidak ada komentar: