Selasa, 10 Desember 2019

Punden turonggo


Sebenarnya situs ini sudah saya post via fb. Namun tidak ada salahnya saya posting kembali tapi via bloger.  Tentunya dengan ulasan berbeda dari sebelumnya.
Dan blusuk ke empat kali kesini, saya tidak tidak sendirian. Melainkan bersama wajah baru dalam pemblusukan. Mereka adalah aldo (bimo astino), teguh dan ayu.
Sudah selayaknya menciptakan suatu generasi baru, yang tentunya secara lahiriyah mereka menunjukkan sikap semangat. Karena itulah harus saya support secara wajar. Yang tidak wajar ya buat kamu.  Iya, kamu yang lagi senyum.


Warga sekitar menyebutnya Punden Mbah Turonggo terletak di Kecamatan gondang Kabupaten Tulungagung.
Punden ini berada di lereng gunung bolo dan agak terpencil.
Dan ternyata di punden ini terdapat sebuah arca yang menyendiri dan kondisinya sudah mulai rusak di wajah dan di dekat lengan dan di tambal dengan semen.


Sebuah arca yang menggambarkan dewi Parwati, istri/ pasangan (sakti) Siwa dalam posisi sānta (tenang) nya. Itu digambarkan berdiri secara statis pada bunga lotus/teratai kelopak ganda dan memiliki empat tangan. Kedua tangan depan ditempatkan di antara perut dan dada, telapak tangan kanan  diposisikan di atas telapak tangan kiri yang terbuka.
Sementara itu, di sisi belakang tangan kanan dan kiri memegang aksamala (tasbih).

Karena konteksnya berada lereng bukit, Arca Parvati tersebut diperkirakan (menurut ahlinya) sebagai perwujudan seorang wanita penguasa yang telah meninggal dunia. Karena orang dahulu menganggap bahwa tempat berkumpulnya para dewa ialah di gunung.
Di Jawa Timur, mulai abad ke- 15-13 Masehi, adalah kebiasaan untuk mempersonifikasikan orangorang yang telah meninggal dalam bentuk arca dewa yang disembah selama hidup mereka. Biasanya arca almarhum itu dibuat setelah 12 tahun wafatnya dan dilakukan melalui upacara Sraddha. Secara karakteristik, arca itu berada dalam posisi statis (kaku). Arca tersebut digambarkan dengan dua tangan yang diletakkan di depan dada dalam posisi meditatif atau diposisikan tepat di samping tubuhnya. Jika arca itu memiliki empat lengan, maka kedua tangan di depan itu berada dalam posisi meditatif, sementara dua tangan lainnya di belakang memegang senjata dewa (laksana). Kedua mata arca itu tertutup atau setengah tertutup.


Gaya seni arca pada abad ke 14-15 Masehi bisa dilihat dari busana dan perhiasan arca serta penggambaran bunga teratai yang keluar dari vas China.


Diatas arca ini ada sebuah dolmen, yaitu meja altar era megalithikum.


Caption


1 komentar:

Anonim mengatakan...

Mantul mas brohhhh